Jumat, 11 Maret 2011

contoh case study


Case Study Memberi Petunjuk, Bagaimana Mengajarkannya?
Hari itu, di kelas VI harus kumasuki. Dalam pembelajaran kali ini, saya harus menyampaikan materi menyusun petunjuk cara melakukan atau membuat sesuatu. Kompetensi yang wajib dikuasai siswa adalah “menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif”. Untuk itu saya sudah menyiapkan rencana pembelajaran sebaik mungkin. Bahkan presentasi mengajar berupa powerpoint sudah kupersiapkan.

Ketika bel berbunyi pertanda saya harus memasuki kelas VI, semua peralatan presentas berupa proyektor, screen, dan kabel-kabel sudah kupersiapkan. Dengan langkah mantap, saya berjalan menuju kelas dengan menjinjing istri keduaku, laptop yang sangat setia mengiringi diri ini.
Seperti biasa, kelas begitu hiruk pikuk ketika saya masih berada di luar kelas. Sebagian siswa berlarian menuju tempat duduknya masing-masing ketika melihat kedatangana saya. Saya hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka. “Ah, mereka anak-anak. Tingkah lakunya sama denganku ketika masih seusia mereka”, pikiran ini melayang ke sekian puluh tahun yang lalu.
Ketika saya memasuki kelas, seluruh siswa sudah duduk di kursinya masing-masing. Mereka mengobrol seperti biasa. Obrolan itu segera terhenti ketika saya mengucapkan salam. Saya meminta beberapa siswa mengambil peralatan yang harus dipesiapkan. Cukup waktu lama untuk persiapan ini karena di sekolah tempat saya mengajar tidak ada ruang multimedia.
Setelah peralatan siap dioperasikan, maka saya pun mulai membuka pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari. Slide demi slide presentasi silih berganti seiring dengan penjelasan yang saya berikan kepada siswa diselingi dengan tanya jawab. Materi yang dijadikan contoh adalah petunjuk membuat sirop seperti yang ada di salah satu Buku Sekolah Elektronik mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam buku itu dijalaskan langkah-langkahnya. Ada empat langkah yang harus dilakukan dalam membuat bahasa petunjuk, yaitu: 1. menggunakan kalimat perintah halus, 2. menggunakan kata dengan makna lugas, 3. tidak menimbulkan keraguan, dan 4. mengunakan kalimat yang singkat, padat, namun jelas.
Selama saya mengajar disertai dengan tanya jawab tampaknya seluruh siswa antusias mendengarkan. Dalam tanya jawab pun dapat berjalan dengan baik. Saat diberikan kesempatan bertanya, seperti biasanya, dan ini cukup menjengkelkan hati, tak seorang pun yang mengajukan pertanyaan.
Selanjutnya, saya memberikan tugas kepada siswa untuk membuat bahasa petunjuk cara melakukan sesuatu atau cara membuat sesuatu. Saya membedakan kedua hal ini berkaitan dengan hasil akhirnya. Melakukan sesuatu hasilnya adalah perubahan, sedangkan membuat sesuatu berarti mengubah benda menjadi benda berbentuk lain.
Pada saat seperti ini terjadi keanehan pada raut muka anak-anak muda itu. Pandangan yang tadinya diwarnai dengan semangat, tiba-tiba menjadi keruh. Tapi tugas sudah diberikan dan tak ada yang bertanya. Dua puluh menit berjalan mereka bekerja membuat bahasa petunjuk. Saat waktu kerja selesai, dilanjutkan dengan kegiatan presentasi para siswa. Tawaran untuk tampil tanpa ditunjuk tentu saja seperti biasanya, dihindari oleh para siswa.
Seorang siswa maju setelah disebutkan namanya. Duh, wajah anak muda ini begitu polos. Anak muda ini dengan tergesa-gesa membacakan bahasa petunjuknya. Suaranya lirih, dan sepenuhnya membaca. Anak muda kedua begitu juga. Anak muda ketiga begitu juga. Kuhentikan segera kegiatan presentasi yang membosankan ini. Saya mengubah strategi. Mereka saya bagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota tiga sampai empat orang. Tugas mereka kali ini tetap sama, hanya saja mereka terlebih dahulu harus mendiskusikan pekerjaan kelompok berdasarkan pekerjaan anggota kelompok yang menurut mereka sederhana tapi menarik dan tetap mudah untuk dijelaskan petunjuknya.
Selanjutnya saya menekankan agar dalam menyampaikan bahasa petunjuknya disertai dengan pengantar terlebih dahulu dan diakhiri dengan penutup. Saya menjadikan diri sendiri menjadi model dalam pembelajaran kali ini. Langkah demi langkah saya contohkan disertai dengan tanya jawab. Sayang sekali waktu pelajaran pada pertemuankali itu habis. Bel berbunyi dan presentasi mereka belum selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar