Senin, 28 Maret 2011

AKHIR YANG TIDAK BERHASIL…………..?


AKHIR YANG TIDAK BERHASIL…………..?
Saya adalah seorang guru SD, mengajar kelas VI yang sudah 10 tahun bekerja di sebuah SD Negeri Kayuares di kecamatan yang letaknya berada paling pojok dengan kata lain sekolah saya termasuk dalam kategori sekolah pinggiran.
Sebagian besar mata pencaharian orang tua adalah tani dan buruh tani. Karena letak geografis sekolah kami pada daerah yang kurang air, sehingga rata-rata lahan yang digarap, hanya ditanami singkong, dan jagung.
Sebagian besar siswa saya berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki dan karena kesibukan orangtua mengurus ladanggnya banyak diantara mereka yang belum sempat sarapan pagi. Bisa dibayangkan ketika anak-anak ini sampai di sekolah, jangankan untuk menerima materi dengan baik, untuk bertahan agar mereka tidak masuk angin saja sudah cukup. Namun demikian saya sangat bangga dengan anak-anak didik saya, yang dengan segala keterbatasannya masih mampu dan antusias untuk mengikuti pelajaran.
Pagi itu, aku ingin memberikan proses pembelajaran yang lain dari hari-hari biasanya. Kalau hari-hari biasa kami mengajarkan konsep-konsep pelajaran dengan metode yang banyak ceramahnya, tapi hari ini kucoba dengan menggunakan media dan metode yang lain.
Pada pelajaran IPS mengenahi “Bencana alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga” ini saya akan berikan semenarik mungkin. Oleh karena itu, banyak hal yang harus saya siapkan. Yang pertama membuat RPP lengkap, berikutnya saya harus ke Warnet untuk mengunduh gambar-gambar yang berkaitan dengan becana alam yang sering terjadi di Asia Tenggara terutama di Indonesia. Karena jaringan internet yang ada dirumah hanya dial-up sehingga kelamaan kalau harus mengunduh gambar-gambar.
Dengan harapan yang mengebu-gebu saya berangkat naik sepeda motor dan tas yang lumayan berat ditambah kertas karton terselip diantara resleting tas saya. Sampai sekolah, suasana masih sangat sepi belum seorang teman guru yang datang. Dilantai depan kelas masih tergenang air hujan bekas semalam, dan sepatu-sepatu siswaku berceceran, ditambah sampah-sampah yang belum sempat dibersihkan.
Kulangkahkan kaki memasuki kelas, alangkah terkejut, meja dan kursi serta keadaan kelas berantakan, sampah berserakan bertanda anak yang piket hari itu tidak membersihkan kelas. Lalu kupanggil rombongan yang piket hari itu untuk membersihkan ruangan kelas sementara teman yang lain menunggu dikelas. Dengan langkah yang kesal saya kembali kekantor sambil membuka-buka materi yang akan disampaikan serta menyiapkan alat-alat yang tadi dibawa. Konsentrasi siswa dah mulai pudar. Banyak anak-anak yang berlari-lari dihalaman sekolah. Malah ada yang sampai basah berkeringat serta jatuh terluka.  
Waktu menunjukkan saatnya kelas dah lebih dari 15 menit. Semua siswaku telah masuk mulai membacakan do’a selanjutnya kutanya siapa yang tidak hadir, diantara siswa menjawab. “Kusmiyati Pak ?” ada yang tahu mengapa Kusmiyati tidak masuk sekolah. Anak-anak diam..kemudian Tika menjawab “Ikut ibunya nengok kakaknya yang melahirkan. Ya tidak apa-apa !” jawabku datar.
“Coba anak-anak perhatikan kedepan, Bapak punya gambar !” semua siswa antusias melihat gambar. “Gambar apa ini ?, gambar rumah hancur Karena gempa bumi Pak !, Bagus !”. “Kalian pernah mersakan gempa atau dalam Bahasa Jawanya lindu  ?”, pernah……..!”. “Baik kalau begitu bisa tidak kalian menceritakan bagaimana rasanya ?”, wah menakutkan pak, kaya orang mabuk mau jatuh terus !”.(Deni). “ Terus apa yang kalian lakukan?” Kami mencari kentongan lalu kami pukul-pukul” kok Malah mukuli kentongan. “ biar gempanya takut Pak!” Itu keliru sebaiknya kamu harus lari ke tanah lapang barangkali rumah kamu roboh kamu tidak kena”.“Nah sekarang coba kalian berkelompok seperti biasa, bapak akan berikan gambar bencana yang lainnya lalu diskusikan bagaimana cara menghadapinya!”, gambar artis pak ?”.(Saepudin). “Kalian liat saja nanti yah !”, kataku.
Kerja kelompok dimulai, tapi sebagian siswa malah asik mengobrol, sesekali mereka nampak pura-pura menulis, kalau ku perhatikan, dan melihat ke jendela tatkala mendengar suara motor rekan guruku yang datang. Tiba-tiba pintu kelas diketuk, ternyata siswa dari kelas lain. “pak wonten lare gelut,  Marno sama slamet, Memang Bu Tuti apa belum datang, tak Tahu Pak! Pak, yah nanti bapak kesana. Akupun cepat-cepat kekelas tadi, kutenangkan kedua siswa yang berkelahi  itu, dan keuberi tugas dikelas itu.
Akupun kembali kekelasku. Bukan main anak-anak ada yang naik meja dan lari-lari. Kutanyakan sudah selesai…? “sudah pak, belum pak” aku keliling kelompok kulihat hasil kerja siswa-siswaku, terheran-heran juga hanya baru beberapa baris, .Hal ini menjadi tanda tanya besar, kenapa siswa yang tadinya nampak antusias tapi setelah diadakan diskusi kelompok untuk saling memeberi masukan banyak siswa yang belum menulis karangan dengan baik. Selanjutnya perwakilan tiap kelompok membacakan hasil diskusinya tanpa dirspon oleh kelompok lain,Selanjutnya pelajaran hari itu ditutup.
Meskipun diantara hasil belajar siswa saya ada yang sudah bagus, tapi aku merasa tujuan pembelajaran atau target pembelajaran pagi itu belum tercapai, masih ada ganjalan di benak saya ketika pembelajaran berakhir. Ganjalan itu antara lain adalah (1) bagaimanakah seharusnya kita mengajar? (2) Apakah semua anak menikmati pembelajaran ini? (3) Apakah pembelajaran saya tentang mengarang memberikan makna tersendiri bagi anak-anak? Namun, saya mengakhiri pembelajaran hari itu dengan sebuah senyum walaupun agak hambar.
Di penghujung pembelajaran, sebagai refleksi saya ajukan sebuah pertanyaan, “Bagaimana anak-anak pembelajaran hari ini dengan Bapak Guru barusan?” Jawaban yang diberikan oleh seorang anak kiranya sangatlah patut untuk kita renungkan bersama, yaitu “Pak, kedah diseueuran gambarna !”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar